Selesai? Lanjut ke candi Pawon. Ini merupakan candi paling kecil dari ketiga candi yang ada di
sini. Tingginya mungkin hanya empat sampai lima meter, dengan luas candi yang tak seberapa. Di dalamnya ga ada apa-apa, beda dengan candi Mendut. Hanya terdapat cerukan seperti tempat meletakkan sesuatu, tapi waktu itu ga ada apa-apa di sana. Di luarnya terdapat sedikit ukiran. Sudah, itu saja. Kami ga berlama-lama di candi ini, dan langsung menuju candi terakhir dan terbesar, Borobudur.
Kompleks candi Borobudur sangat luas, sangat berbeda suasananya dengan dua candi sebelumnya. Terdapat terminal kecil di sini, pasar souvenir, dan taman yang luasnya ga kebayang berapa hektar. Kali ini kami harus membayar masing-masing sembilan ribu rupiah untuk dapat masuk ke dalam candi. Dari tempat pembayaran tiket ke tempat candinya berada pun kami harus berjalan sekitar seratus meter. Untung dari kosan kami sudah mempersiapkan air minum, klo ga kami pasti sudah dehidrasi karena kehausan. Sampai di jalan lurus di depan tangga, kami memandang candi yang begitu besarnya, dan begitu luasnya. Sudah terbayang betapa melelahkannya meniti tangga itu sampai ke puncaknya. Tapi, mau ga mau kami harus menaikinya.
Dari kakinya, Borobudur itu terlihat seperti bukit batu hitam, dengan puncaknya yang berbentuk stupa raksasa. Hup, mulailah kami menaiki tangganya. Tinggi anak tangganya pun tak wajar, sekitar lima puluh sentimeter (lumayan, hiiih, hiiih, hiiih, bengeknya kumat) dan anak tangga itu jumlahnya puluhan untuk bisa sampai ke puncaknya. Akhirnya kami pun sampai di puncak. Terdapat stupa raksasa di situ, dan duduklah kami di situ melepas lelah barang sebentar sebelum mengelilingi candi. Lihatlah di One, sampe segitu capeknya naekin tangga, hehehe (makanya jangan ngerokok Nek!!). Gw pun melepaskan pandang ke sekeliling candi. Kalau dilihat dari atas, Borobudur itu kayak candi dimana terdapat ribuan stupa. Di manapun gw melihat, stupalah yang gw lihat. Nih ada foto yang memperlihatkan setinggi apa Borobudur itu dari atas. Gila ya? Nah yang ini stupa yang gw bilang super besar tadi. Oh ya, selain stupa-stupa, yang gw lihat, gw juga melihat banyak sekali pengunjung selain kami bertiga, macem-macem warna kulit dan bahasanya, ada yang dari Perancis, Jepang, Belanda, pokoknya banyak deh. Ada juga sih, cewek-cewek cakep di situ, hehehe. Sudah! Lupakan sejenak cewek-cewek cakep itu, lanjut kita tournya. Kembali gw perhatikan stupa-stupa tadi ketika kami berjalan mengitari puncak Borobudur.Ternyata isi stupa-stupa itu adalah patung-patung Budha. Tau dari mana? Ada satu stupa yang dibuka dan disitu ada patung Budhanya. Hmm, apa memang stupa itu terbuka kayak gitu dari sananya, atau emang lagi dibenerin gw kurang tau. Ini foto stupa yang terbuka itu. Ada juga patung Budha di dalam stupa itu yang kepalanya hilang (LHO?!), gw pikir koq bisa yaa? Kan di dalem? Ah sudahlah. Lanjut kami keliling-keliling di puncak Borobudur, dan kenarsisan ga boleh berhenti. Ini foto-fotonya lagi. Ini foto-foto tingkat pertama (dari puncak), ini foto jalan ke atas dan turunnya Borobudur. Nah, foto semi silhouette ini tentang orang-orang yang berusaha menggapai si Budha dari luar stupanya. Tuh, gw di pinggir paling kanan. Buat apa digapai? Katanya ga semua orang bisa menggapai si Budha, dan yang bisa katanya keinginannya bisa tercapai. Katanya, bagi cowok gapai tangan si Budha, yang cewek? Anunya?! Hus!! Ngawur! Yang gw denger sih lututnya. Dan kenapa yang ini yang paling rame "penggapainya"? Karena stupa yang satu ini yang paling keramat. Nah, waktu agak sepian, gw nyoba nggapai tangan si Budha, bukan dengan harapan keinginan gw terkabul, tapi sekadar penasaran saja, masa sih ga semuanya bisa sampe? Gw cari lubang yang ngehadap langsung tangan si Budha dari depan, dan gw julurin tangan gw jauh-jauh. Hup! Eh, sampe koq. Gw pegang tangannya yang sedang membentuk suatu seal itu. Udah? Gitu aja… ya sudah. Si Jaka pun sampe ketika menggapainya. Sudah? Lanjut ke lantai berikutnya (turun, bukan naek lho!). Lantai berikutnya ini berbeda dengan lantai puncaknya. Lantai ini di dindingnya penuh berisi ukiran-ukiran. Katanya ukiran-ukiran di tiap lantai berbeda maknanya. Mungkin orang jaman dulu masih mengenal kasta. Dan itulah yang diterapin di candi ini. Makin tinggi lantainya makin tinggi kastanya. Tapi gw ga seberapa merhatiin hal itu. Abisnya gw bukan antropolog, jadi gw ga ngerti… hehehe. Abadikan momen ini. Berikut ini sebentuk ukiran-ukiran Borobudur, tapi gw lupa yang mana lantai berapa. Sempet juga ngeliat tempat-tempat yang bisa dijadiin untuk foto-foto lucu. Hehehe, berikut foto-fotonya.
Nah, terakhir sebelum balik ke kosan, gw sempetin untuk foto-foto sedikit Borobudur dan secara keseluruhannya. Nih dia.
Selesai… capek jalan-jalan, kami balik ke kosan, dan kenangan ini mudah-mudahan akan mengabadi di memori gw. Dan mumpung belum begitu lama, gw coba abadikan lewat tulisan ini. Mudah-mudahan kalian mengalami hal yang "hampir" sama gw alamin waktu gw berkunjung ke candi-candi itu. Okeh? Maaf ya klo foto-fotonya agak narsis, harap abis ngeliat postingan ini muntahannya dibersihin ya di kibornya, apalagi itu kibor warnet. Huakakaka
(Maaf yah klo ga rapih gambarnya)
Regards
2 komentar:
aaaaaaaaaaaaa..........
pengen ke jogja juga kadeee....
kayaknya seruuu....
*sekalian gw mo ke tempatnya "bidadari" gitu loh...
heuheuheu :D *
kok lu ngkut2 gw sech gw ke jogja lu kesana juga gw ke magelang lu kesana juga lu lagi nyari jejak2 guah ya hahahha *mode narsis on*
klo gitu gw tungguh luh di palembang
kapan bro jalan kesini cewek disini cuakep2 tenan
Posting Komentar