Sabtu, Desember 06, 2008

Ini Cuma Khayalan Yaa...

Tulisan ini mengandung konten kekerasan, harap pembaca membaca tulisan ini dengan bijak.
Harap dimengerti bagi para pembaca sekalian, ini cuma khayalan yaa, bukan sebuah rekonstruksi dari apa yang pernah gw alami atau orang lain alami. Pure hanya khayalan. Dan itu pun belum tentu akan gw lakukan andaikan gw di dalam kejadian yang sama. Hehehe.

Pernah ga sih lo ngrerasa BT di tengah jalan raya karena tiba-tiba ada pengendara motor yang mengendarakan motornya dengan gila-gilaan dan hampir nyerempet lo?? Mungkin sering. Kalo gw? Sering banget.. Sampai gw punya khayalannya bakal gw apain orang yang seperti itu kalo sampai dia nyerempet gw. Gini kira-kira khayalannya :

Gw lagi nyantai bawa sepeda motor kesayangan gw itu di tengah kota yang kebetulan lalu lintasnya agak ramai. Bener-bener santai, hanya 40 kmph dan gw bawa di pinggir pula, sebelah kiri. Lalu tiba-tiba dari belakang gw denger deru knalpot motor yang membahana dan gw tahu pasti kalo orang yang bawa tuh motor lagi ngebut abis. Lalu tanpa gw sangka-sangka dan duga-duga orang yang gw tahu sedang ngebut itu tiba-tiba menyalip gw dengan dahsyatnya dari arah kanan gw hendak masuk ke arah kiri, dan yang ga bener-bener gw duga lampu rem belakangnya tiba-tiba menyala tanda dia sedang mengerem motornya. Adrenalin gw sontak naik ke ubun-ubun dan mengakibatkan refleks gw bekerja dan membuat gw menginjak pedal rem gw dalam-dalam. Meskipun gw hanya menjalankan motor gw dengan kecepatan 40 kmph, kalo tiba-tiba harus mengerem kayak gitu mau ga mau ban belakang gw, yang juga dijaga piringan cakram kayak ban depan gw, sontak berhenti, bukannya melambat dengan aman, dan akibatnya motor gw tergelincir dan akan sangat sulit bagi gw untuk mengendalikannya. "Jatoh deh gw..." pikir gw , dan masih dengan otak yang dikendalikan oleh adrenalin, gw menjatuhkan motor gw rebah ke sebelah kiri, "GUBRAK!!" jatuhlah gw beserta motor gw, dan karena masih ada sisa gaya ke depan yang dihasilkan oleh kecepatan motor yang sebelumnya mengakibatkan motor gw masih harus terseret di jalan aspal dan akhirnya menabrak motor si orang yang tiba-tiba menyalip gw tadi. Dan diapun jatuh, sama seperti gw, yang harus berguling kurang lebih lima kali di atas aspal kasar itu.

Setelah gw sadar bahwa gw udah jatuh dari motor gw, dan setelah adrenalin gw turun dari otak gw, gw mulai mencari bagian tubuh mana yang sakit karena peristiwa tadi, sambil rebahan di atas aspal. Gw menunggu sekitar 10 detik sambil terlentang di tengah jalan, menunggu stimulus rasa sakit dari entah luka atau memar yang ada di tubuh gw. Tidak ada. Artinya gw baik-baik saja. Gw pun bangkit, melepas helm dan membawanya di tangan kanan gw, lalu melakukan apa yang biasa dilakukan orang kalo jatuh dari motor, mengecek motornya apakah motornya baik-baik saja, dan gw pun berjalan, sedikit gontai, ke arah motor gw. Gw liat kaca spion kirinya pecah, dan sudah hampir pasti body sebelah kiri penuh dengan goresan karena menggaruk aspal kasar.

Lalu gw lihat si orang yang "tadi itu" sudah berdiri dari tadi dan sedang mendirikan motornya. Setelah motornya selesai distandar, dia menghampiri gw. Bukannya nanya apakah gw baik-baik aja, apalagi minta maaf, dia malah membuka helmnya dan mulai marah-marah. Ternyata masih muda, mungkin kisaran SMA, tebakan gw dalam hati waktu dia membuka helmnya dan menunjukkan muka marahnya ke gw. "Woi, buta tah loe? Ga bisa nyetir tah loe? Dasar goblok!!" sentaknya pada gw, mungkin lebih kepada usaha untuk teriak pada gw, karena suaranya kecil. Rasa takut gw karena peristiwa jatuh tadi lenyap sudah tak berbekas, namun ada yang lain yang nyampai di ubun-ubun gw, amarah. Gw balik berteriak, jauh lebih keras dan jauh lebih marah dibanding anak SMA itu, "Pake lagi helm lo!!!!!!" teriak gw. Dia yang dari tadi marah-marah tiba-tiba diam, mungkin sedikit takut mendengar teriakan gw, atau mungkin bingung kenapa disuruh memakai helm lagi. Tapi celakanya bagi dia, tak dipakainya helmnya lagi di kepalanya. Gelap mata karena marah, gw ayunkan helm gw yang sedari tadi gw pegang di tangan kanan gw ke arah ulu hatinya. Dia kaget tapi tak sempat menghindar, BUG!!!, dengan telak helm gw mendarat di perutnya. Akibatnya dia langsung jatuh berlutut sambil memegangi perutnya, mungkin karena sakit dan sulit bernafas. Helmnya yang jatuh di depannya gw ambil dan gw pasangkan helm itu di kepalanya. Kejadian berikutnya akan menjelaskan mengapa tadi gw suruh dia memakai lagi helmnya. Kepadanya yang masih jatuh berlutut kesakitan, gw ayunkan lagi dengan cepat helm gw yang masih gw pegang di tangan kanan ke arah kepalanya yang sekarang terlindung helm, BLETAK!!! kurang lebih begitu suaranya ketika dua helm itu beradu. Dia langsung terhuyung, mungkin tidak sakit, tapi pusing sudah pasti, "JANGAN!!!" teriak gw, keras, lalu kembali gw ayunkan lagi helm gw, masih ke kepalanya. BLETAK!!! "DIULANG!!!" lanjut gw, tentu saja masih berteriak dengan kerasnya. Dia kembali terhuyung, namun kini ke arah berlawanan, dan momentum itu gw manfaatkan dengan sekali lagi, untuk yang terakhir, mengayunkan kembali helm di tangan kanan gw kembali ke arahnya, yang gw tahu pasti mulai hilang kesadaran karena pusing. BRAKKK!!! kali ini bunyinya karena helmnya yang gw hajar sebanyak 3 kali pecah di bagian yang gw hajar terakhir, "LAGI!!!" teriak gw. Kali ini dia kembali terhuyung lalu jatuh terkulai di tanah, pingsan.

Dengan napas yang tersengal gw menatap anak SMA itu pingsan di tengah jalan. Lalu gw mulai sadar ternyata masyarakat sekitar nontonin gw sedari tadi, tapi mungkin ga ada yang berani untuk melerai kami, atau lebih tepatnya "melerai" gw. Masih dengan napas tersengal gw mendirikan motor gw. Benar dugaan gw sebelumnya, bagian kiri body motornya penuh dengan goresan. Lalu gw coba menekan starternya, ternyata hidup motornya. Lalu kembali gw melihat anak SMA itu masih tak sadarkan diri di sana. Timbul rasa kasihan dan bersalah dari gw. Gw hampiri lagi dia, gw buka helmnya, gw pegang nadi di lehernya, masih hidup kok, lalu gw celingukan, mencari seseorang, lalu memanggil "pak, pak, tolongin anak ini dong, saya mau pulang...". Lalu bapak yang gw panggil tadi mendekat lalu membantu gw meminggirkan anak itu ke pinggir jalan. Setelah anak itu di pinggir, gw kembali ke motor gw. Lalu dengan cuek bebek, memasang helm, memasukkan gigi 1, "ngengggg" gw pulang...